Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Mitigasi untuk Daerah Rawan Tsunami

Domarai.com – Masih ingatkah kalian akan kejadian yang terjadi tanggal 26 Desember 2004 yang meluluh lantahkan Tanah Rencong, Aceh? Ya, tepat sekali. Saat itu ada bencana tsunami yang menewaskan sekitar ratusan ribu orang yang tinggal di pesisir pantai atau berada di pinggir laut. Selain kejadian di Aceh, bencana tsunami yang masih jelas melekat diingatan kita pernah melanda pantai Anyer di Kabupaten Pandeglang dan Lampung Selatan tahun 2018 yang menewaskan hampir seluruh anggota dari grup band Seventeen dan ratusan jiwa yang lain. 


Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana diketahui bahwa dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2020 tercatat bencana tsunami terjadi sebanyak 14 kali, yakni pada tahun 2004, 2006, 2010, 2011, 2012, 2014, dan 2018. Berdasarkan data tersebut, Indonesia digolongkan wilayah yang rawan akan bencana tsunami. Oleh karena itu, perlu dilakukan mitigasi bencana untuk meminimalisasi resiko yang diakibatkan oleh bencana tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Mitigasi adalah tindakan mengurangi dampak bencana. Mitigasi dimaksudkan untuk mewujudkan zero victim (mencegah korban jiwa). Mitigasi bencana khususnya bencana tsunami tidak akan ada artinya jika hanya dipatuhi oleh sebagian masyarakat saja. Akan tetapi mitigasi bencana akan optimal apabila dipahami dan dipatuhi oleh setiap lapisan masyarakat. Adapun mitigasi bencana untuk daerah rawan tsunami adalah sebagai berikut:

1. Waspada Tanda-tanda Tsunami

Muncul beberapa tanda atau gejala sebelum terjadinya tsunami. Gejala-gejala inilah yang tentunya harus dipahami oleh seluruh masyarakat terutama yang tinggal di pesisir pantai. Gejala-gejala tersebut meliputi:

  • Gempa bumi terjadi di dekat pantai
  • Air laut surut secara tiba-tiba
  • Munculnya gelombang besar menyerupai tembok dan suara gemuruh

2. Sistem Peringatan Dini Tsunami

Sistem peringatan dini akan munculnya tsunami dilakukan dengan memanfaatkan alat-alat pemantau dan kesiapsiagaan tsunami. 

  • Bambang Marwanta (2005) menyebutkan salah satu teknologi sistem peringatan dini tsunami adalah (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis) DART, yakni alat pengukur aktivitas di kedalaman laut untuk mengantisipasi bencana tsunami. Perangkat DART terdiri dari sensor tekanan air yang diletakkan di dasar laut atau lebih dikenal dengan (Ocean Bottom Pressure Sensor) OBPS. OBPS akan selalu mengirimkan sinyal ke buoy. Buoy adalah peralatan yang mengapung di permukaan laut dengan dilengkapi berbagai peralatan yang memancarkan sinyal ke satelit. Sinyal yang telah diolah selanjutnya dikirimkan kembali ke stasiun pengolah data di daratan sebagai sistem peringatan dini.
  • Kesiapsiagaan tsunami adalah upaya-upaya yang dilakukan manusia agar tetap waspada akan munculnya tsunami. Bambang Marwanta (2005), terdapat 5 cara yang dapat dilakukan untuk tetap waspada akan datangnya tsunami, yaitu:
- Pembuatan peta rawan tsunami,

- Penyuluhan terkait daerah rawan tsunami kepada masyarakat,

- Proteksi alamiah terhadap gelombang tsunami, misalnya penanaman pohon bakau dan kelapa yang rapat dan lebar,

- Pengaturan tata ruang dan tata guna lahan di pantai, dan

- Pembangunan sarana evakuasi pada daerah-daerah rawan tsunami yang tidak dapat diubah seketika.

3. Skema Mitigasi 20-20-20

Skema mitigasi 20-20-20 yakni apabila masyarakat merasakan gempa atau guncangan selama 20 detik, maka harus segera mengevakuasi diri. Hal tersebut dikarenakan dalam 20 menit tsunami berpotensi akan muncul. Selanjutnya, masyarakat diimbau untuk berlari menjauh menuju tempat yang lebih tinggi dengan ketinggian minimal 20 meter. (kompas.com)

Nah, itu tadi beberapa mitigasi tsunami yang dapat dilakukan apabila tanda-tanda datangnya tsunami telah muncul. Semoga artikel ini bermanfaat bagi sahabat domarai semua, terutama yang tinggal di pesisir pantai dan semoga kita semua terhindar dari bencana yang mematikan. Aamiin! 


Referensi:

Marwanta, bambang. (2005). Tsunami di Indonesia dan Upaya Mitigasinya. Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana ‘Alami’. 10(2). Retrieved from https://www.neliti.com/id/publications/195692/tsunami-di-indonesia-dan-upaya-mitigasinya.

Sumartiningtyas, H. K. N. (2020). BMKG: Skema Mitigasi 20-20-20 Masih Relevan untuk Mitigasi Tsunami Selatan Jawa. Diakses pada https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/27/170200223/bmkg-skema-mitigasi-20-20-20-masih-relevan-untuk-mitigasi-tsunami-selatan?page=all

http://bnpb.cloud/dibi/tabel3a

kbbi.web.id